Senin, 13 Januari 2020

Fintech Syariah dan Fintech Konvensional

PERBEDAAN FINTECH SYARIAH DAN FINTECH KONVENSIONAL
  Fintech merupakan inovasi dalam bidang jasa keuangandengan mengubah transaksi yang tadinya menggunakan uangkertas menjadi digital agar lebih efisienSecara umum, fintech yang sering kali kita gunakan tergolong dalam fintech konvensialNamunselain fintech konvensial ternyata di Indonesia juga terdapat fintech syariahLantas apa perbedaanfintech syariah dafintech konvensional? Secara umum darisegi fungsi, fintech syariah dengan fintech konvensional tidakada bedanyaSebabkedua jenis tersebut sama-sama inginmemberikan layanan dalam bidang keuanganPerbedaan darikeduanya hanyalah akad pembiayaan saja dimana pada fintech syariah mengikuti aturan-aturan dari syariat islam. Ada tigaprinsip syariah yang harus dimiliki fintech ini yaitu tidak bolehmaisir (bertaruh), gharar (ketidakpastian) dan riba (jumlahbunga melewati ketetapan). Walaupun menggunakan dasarsyariahrujukan dasar juga telah dibuat oleh Dewan Syariah Nasional terkait dengan keberadaan financial technology syariahiniDasarnya adalah MUI No.67/DSN-MUI/III/2008 yang mengatur tentang ketetapan apa saja yang harus diikuti lembagateknologi keuangan terbaru di Indonesia tersebutTerhitunghingga September 2018, baru ada 4 perusahaan teknologikeuangan syariah yang diresmikan oleh OJK.
Berikut ini adalah beberapa perbedaan antara fintech syariah dan konvensional:
• Suku Bunga
Dalam pembiayaan konvensionalkredit yang diberikan kepadakonsumen dibuat sebagai akad pinjaman sehingga nasabahnantinya memiliki kewajiban untuk mengembalikan pinjamantersebut beserta bunga yang ditentukan oleh peminjam (fintech konvensional), tergantung pada besarnya pinjaman yang diambil.
Sedangkan pada pembiayaan keuangan syariahdimana bungamerupakan hal yang tidak diperbolehkan karena dalam bungaterdapat unsur ribaDalam pembiayaan syariahtidak akanmenjumpai kredit yang diberikan akad sebagai pinjamanmelainkan dengan akad murabahahijarah wa iqtinasertamusyarakah mutanaqishahAkad murabahah bisa diartikansebagai akad jual beli penyelenggara atau fintech akan bertindaksebagai pembeli atas benda ataupun produk yang diinginkannasabahKemudian akad ijarah wa iqtina merupakan akad sewamenyewaArtinya fintech  bertindak untuk membeli benda yang diinginkan nasabahselanjutnya fintech menyewakan bendatersebut kepada nasabah dalam kurun waktu tertentuSedangkanmusyarakah mutanaqishah artinya baik fintech ataupun nasabahbersama-sama menaruh modal untuk sesuatu hal yang nantinyanasabah bisa membeli bagian dari fintech untuk memiliki bendatersebut sepenuhnya.
• Resiko dan Cicilan
Ketika nasabah mengajukan pinjaman secara konvensionalnasabah akan menanggung sepenuhnya resiko ketika nasabahtidak memiliki kemampuan untuk membayar cicilannya. Hal iniberbeda dengan sistem pembiayaan dengan akad syariah keduabelah pihak baik Fintech ataupun nasabah akan menanggungresiko tersebut.
• Ketersediaan Pinjaman
Pada pembiayaan syariah menggunakan penawaran produkuntuk keperluan tertentuDalam hal ini tidak ada dalampembiayaan keuangan konvensional seperti untuk pendidikan, haji dan umrohataupun lainnya.

Tantangan Fintech Syariah di Indonesia
      Fintech merupakan sistem pembiayaan yang termasuk barudi Indonesia. Meskipun sudah banyak startup fintech, namuntidak semua terdaftar di OJK. Permohonan perizinan juga belummatang sehingga memerlukan banyak waktu untuk mengantongiizinTantangan fintech syariah tidak hanya datang dari peraturanpemerintah sajanamun ada banyak faktordiantaranya adalah:
1. Literasi Keuangan Masyarakat Indonesia Rendah
Direktur Literasi dan Edukasi Keuangan OJK, Horas V. M Tarihoran mengatakan bahwa literasi keuangan pentingdilakukan karena indeks literasi dan inklusi keuangan di Indonesia masih relatif rendahBerdasarkan SurveiNasional Literasi Keuangan pada tahun 2016, literasikeuangan Indonesia baru mencapai 29,7 persensementarainklusi keuangan sebesar 67,8 persen.
Menjadi cakap keuangan adalah hal pentingkarena akanmelindungi masyarakat itu sendiri dari transaksi-transaksipalsu yang merugikan. Ada dua hal yang perlu dilakukanuntuk menjadi cakap keuanganyaitu meningkatkanketerampilan dan keyakinan masyarakat tentang layanankeuangan dan meningkatkan infrastrukturLiterasikeuangan yang tinggi akan menciptakan kesejahteraankeuangan yang berkelanjutan.
2. Syarat dan Infrastruktur yang Kurang Menunjang
Ketua Umum Asosiasi Fintech Syariah Indonesia, Ronald Wijaya mengatakan bahwa salah satu hambatan yang dihadapi oleh fintech syariah adalah keharusan memilikiDewan Pengawas Syariah atau DPS di masing-masingperusahaanKeharusan memiliki dewan pengawasmemberatkan beberapa pihak yang ingin mendirikanfintech syariah karena membutuhkan biaya yang besarSementara startup pada umumnya belum memiliki modal besar untuk memenuhi kebutuhan tersebutRonald mendorong pemerintah untuk memfasilitasi perkembanganfintech di Indonesia terutama yang berbasis syariahIamenyarankan sebuah alternatif seperti satu orang dewan pengawas untuk beberapa fintech syariah yang belumterdaftar. Hal ini akan membantu mereka mendapatinfrastruktur yang sesuai dengan regulasi OJK. hambatanyang dirasakan oleh Ronald juga menyangkut soalperizinan yang lama, dan literasi masyarakat tentangfintech syariahSangat disayangkan karena Indonesia memiliki jumlah penduduk Muslim yang tinggi.
3. Indonesia Perlu Kebijakan yang Matang
Tantangan fintech syariah selanjutnya adalah tentangkebijakan yang belum mencakup keamanan nasabahLayanan jasa keuangan mampu meningkatkankesejahteraan keuangan masyarakat jika dikelola denganbaikPengelolaan yang baik tentu memerlukan kebijakanyang matangJustru karena layanan Peer-to-Peer Lending memiliki potensi yang besar di Indonesia, sangatdiperlukan adanya peran regulator yang sehatKebijakanyang dimaksud adalah hal-hal yang menyangkut syaratpendirian dan operasi fintech, inovasi layanan yang amanbagi nasabah serta kompetinsi antar fintech yang sehat.

Kebijakan yang matang diperlukan, juga karenapenyelenggara layanan keuangan fintech memerlukanketerampilan dan kapasitas dalam mengurangi risiko untukkepentingan nasabahPenyelenggara fintech juga harusmemastikan keamanan dana publikkeamanan data publikserta mampu mengatur keuangan masyarakat denganmemberikan bunga yang wajarMeskipun terhitung barupemerintah optimis dengan pertumbuhan fintech-fintech di Indonesia akan memberikan kemakmuran dalam halkeuangan masyarakat.

Peran Fintech Syariah Bagi UMKM
Peran fintech bagi UMKM secara umum adalah memberikanpinjaman modal. Beberapa aspek yang bisa diusahakan oleh fintech untuk UMKM adalah layanan pembayaran digital dan pengaturan keuanganPeran fintech akan semakin berkembangseiring dengan terjawabnya tantangan fintech syariah di Indonesia. Berikut adalah peran fintech bagi UMKM:
1. Pinjaman modal yang relative mudahProses peminjamanmodal oleh fintech lebih mudah daripada pengajuanpinjaman modal ke lembaga keuangan konvensionalPasalnya, fintech hanya perlu melengkapi beberapadokumen saja dan waktu pencairan yang lebih cepat darilembaga konvensionalNamun di beberapa lembagakonvensional saat ini sudah tersedia layana secara online yang mempercepat proses peminjaman modal.
2. Layanan layanan pembayaran digital proses pembayaranakan lebih mudah dan cepat dengan layanan pembayarandigital. Tanpa harus repot menarik uang di ATM, layananpembayaran digital seperti DANA dengan tagline Pembayaran dalam Genggamanmempermudah konsumenmembayar produk yang dibeli atau jasa yang dipakai.
3. Layanan pengaturan keuangan dari kedua peran fintech yang ditawarkanlayanan pengaturan keuangan adalahyang paling pentingLayanan pengaturan keuangan yang ditawarkan seperti pencatatan pengeluaranpemantauankinerja investasiserta konsultasi keuangan gratis. UntukUMKM yang baru dirintislayanan ini jelas membantuuntuk pengeluaran dan pemasukan keuangan kedepannya.
Kesimpulan
Indonesia dengan jumlah penduduk Muslim yang besarmemiliki potensi yang besar pula untuk perkembangan fintech berbasis syariahTak lupa bahwa cita-cita Indonesia menjadiInternational Fintech Hub harus dicapai dengan menuntaskanbeberapa tantangan fintech syariah sepertimeningkatkan literasikeuangan masyarakatmenciptakan infrastruktur yang wajarbagi startup-startup di Indonesia, dan membuat kebijakan yang matang demi keamanan transaksi nasabahJika tantanganfintech syariah di Indonesia bisa kita jawab, pada akhirnya peranfintech akan meningkattidak hanya untuk UMKM namununtuk keuangan nasional kita.

Daftar Pustaka:

1 komentar:

  1. Apakah Anda memerlukan pinjaman? Kami adalah pemberi pinjaman yang sah dan terjamin. Perusahaan kami membantu mereka yang kesulitan keuangan. Kami meminjamkan dana kepada individu yang membutuhkan bantuan keuangan atau yang memiliki kredit buruk atau yang membutuhkan uang untuk membayar tagihan, atau yang membutuhkan uang untuk berinvestasi dalam bisnis. Saya ingin menggunakan media ini untuk memberi tahu Anda bahwa kami memberikan bantuan penerima yang dapat diandalkan seperti yang ingin kami tawarkan kepada Anda sekarang.
    Layanan yang Diberikan Termasuk
    - Pinjaman pertanian - Pinjaman pelajar - Pinjaman modal - Konsolidasi hutang - Pinjaman bisnis - Pinjaman pribadi. - Kredit Mobil - Sewa dan Pinjaman Rumah Tulis kembali jika Anda tertarik. Suku bunga kami adalah 2%. Hubungi kami via
    Email: MARGARETPEDROLOANCOMPANY@GMAIL.COM
    Harap dicatat: Semua individu yang tertarik harus mengirim pesan ke email kami untuk umpan balik instan.
    Terima kasih

    BalasHapus